pesawat terbang boeing 787 |
Jakarta - Kawasan Asia Pasifik menjadi salah satu sektor aviasi alias penerbangannya tumbuh cukup pesat. Namun, permasalahannya adalah kawasan ini akan mengalami krisis pilot dan teknisi pesawat dalam satu dekade ke depan. Hal ini dikarenakan semakin terus berkembangnya perusahaan penerbangan dan modernisasi transportasi.
Perusahaan pemasok dan pembuat pesawat terbang asal AS, Boeing mengungkapkan Asia Pasifik akan membutuhkan 185.600 pilot baru dan 243.500 teknisi hingga tahun 2030 nanti.
"Kebutuhan terbesar untuk sektor aviasi menjadi isu global. Tetapi hal ini memukul wilayah Asia dengan cukup berat," kata Direktur Sales Boeing Flight Service Bob Bellito seperti diberitakan AsiaOne, Senin (3/8/2012).
"Beberapa perusahaan airlines sudah menghadapi permasalahan seperti delay dan operasional yang terganggu karena sudah kekurangan pilot. Pertumbuhan ekonomi di Asia ternyata mempengaruhi permintaan akan pilot. Airlines dan provider kini dipusingkan oleh persiapan membentuk pilot baru dan teknisi di masa depan," paparnya lagi.
Dalam outlook yang disampaikan Boeing Pilot and Techincian 2012, Asia Pasifik terutama China yang paling banyak membutuhkan permintaan akan pilot dan teknisi. Kurang lebih sebanyak 71.300 pilot dan 99.4000 teknisi diperlukan dalam 20 tahun ke depan.
Kemudian, Asia Tenggara dimana membutuhkan 51.500 pilot dan 67.400 teknisi. Sedangkan Asia Timur sendiri, bakal membutuhkan 18.800 pilot dan 26.500 teknisi dalam dua dekade ke depan. Sedangkan Oceania sendiri bakal membutuhkan 12.900 pilot dan 17.100 teknisi.
"Secara Global, penerbangan komersil akan membutuhkan 460.000 pilot dan 601.000 teknisi antara 2012 sampai 2031," jelas Boeing dalam laporannya.
Airlines di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina sudah memesan ratusan pesawat untuk tahun-tahun ke depan.
Asia Pasifik membutuhkan 12.300 pesawat baru atau 35% sendiri dari kebutuhan pesawat global yang mencapai 34.000 hingga 2031.
Dalam 20 tahun kedepan, pesanan pesawat akan mencapai angka US$ 1,7 triliun di Asia di mana 38% sendiri dari kebutuhan pesawat global yang mencapai US$ 4.47 triliun.
"Kita bisa saja menjual pesawat. Tapi anda tidak akan mudah mendapatkan sang sopir (pilot) dan teknisinya. Industri ini butuh pemuda yang cukup tinggi gajinya dan karir yang terus maju," tutup laporan tersebut.
Posting Komentar